Jumat, 04 November 2011

BAB 11 HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR


Kegiatan Belajar 1
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
A.    Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD
1.      Latar Belakang
Rochman Natawidjaja (1987) mengemukakan 5 faktor yang melatarbelakangi perlunya pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan di sekolah. Kelima faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a.       Kesadaran akan perbedaan individual di antara setiap manusia
Faktor yang pertama ini sangat esensial, tidak saja dalam bimbingan, tetapi pada pendidikan pada umumnya. Praktek pendidikan kita hingga kini cenderung seragam. Sekolah kita cenderung memberikan perlindungan yang sama kepada setiap siswa. Kkeunikan atau kekhasan, kelebihan-kelebihan, dan kelemahan individual belum begitu diperhatikan. Semua siswa diperlukan dengan cara pendekatan serta pelayanan yang sama, seolah-olah tidak diakui adanya keunikan-keunikan positif yang dimiliki oleh setiap siswa.
b.      Kesadaran akan perlunya sistem pelayanan kependidikan lainnya yang berpusat pada anak
Faktor kedua ini merupakan dampak lanjutan dari kesadaran akan perbedaan individual. Faktor kedua ini mengimplikasikan perlunya penataan kembali strategi dan prosedur pengajaran di kelas yang berpusat pada siswa.
c.       Kesadaran akan perlunya penerapan konsep demokrasi dalam pendidikan secara tepat
Kehidupan demokratis adalah suatu kehidupan yang didambakan sejak lama oleh bangsa Indonesia sebagaimana yang tercermin dalam cita-cita proklamasi. Pada masa transisi menuju kehidupan yang demokratis ini, banyak warga masyarakat yang keliru menafsirkan kebebasan sebagai sendi dan ciri utama demokrasi. Mereka cenderung kebablasan, yaitu dengan melakukan apa saja yang diinginkan sendiri, tanpa menghiraukan hukum dan hak orang lain. Oleh sebab itu, melalui demokratisasi, pendidikan demokratis dan pendidikan demokrasi bagi para siswa di sekolah dasar diharapkan generasi berikutnya dapat mencapai kehidupan demokrasi yang baik.
d.      Kesadaran akan permasalahan yang dihadapi oleh individu dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
Sebagai masyarakat berkembang, bangsa Indonesia senantiasa dihadapkan pada persoalan dan permasalahan yang serba kritis dan dilematis. Berbagai hal berubah dan berkembang begitu cepat sehingga masyarakat mengalami apa yang disebut dengan kejutan budaya. Sebelum siswa menghadapi kecenderungan seperti itu maka implikasinya anda sebagai guru harus membantu siswa untuk menjadi pembuat keputusan yang baik, cepat, dan tepat sekaligus. Kelak para siswa harus mampu berpacu dengan perubahan yang terjadi dan menampak kesempatan dan peluang yang terdapat di lingkungannya.
e.       Kesadaran akan persoalan yang dihadapi individu dalam kehidupan modern
Pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan modern ini tidak bisa mengandalkan satu keahlian tertentu, melainkan harus melibatkan sejumlah keahlian tertentu. Benturan perbedaan pandangan, keyakinan dan budaya makin menajam dan terbuka. Implikasinya para guru hendaknya mampu membantu siswa secara sistematis dan berkelanjutan agar para siswa mampu menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan yang dihadapinya.

B.     Pengertian
Bimbingan pada umumnya dipahami sebagai upaya memberi arahan, panduan, nasihat, dan biasanya mengandung nilai-nilai yang bersifat menuntun ke arah yang baik.
Dalam konteks ini, bimbingan merupakan terjemahan dari suatau istilah dalam Bahasa Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guide. Shertzer dan Stone (1966:31) mengeukakan beberapa padanan dari kata guide, yaitu to dorect, pilot, manage, or steer. Dalam bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memandu, mengarahkan, mengatur, atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam pendidikan, arti yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau assistance). Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan dalam konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan, dan prosedur yang tersendiri.
Sebagai suatu konsep yang tersendiri, istilah “bimbingan” sering dipadankan dengan “konseling” yang diadopsi dari bahasa Inggris, yaitu counseling sehingga “bimbingan dan konseling” sering disingkat “BK”. Pada tahun tujuh puluhan counseling diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi penyuluhan. Pada akhir tahun sembilan puluhan, istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena konotasinya lebih bersifat pemberian informasi, sedangkan konotasi konseling lebih bersifat hubungan antar dua pribadi, yaitu antara konselor dengan yang diberi bantuan (konseli atau disebut klien). Sekarang konseling telah dimasukkan ke dalam pembendaharaan kata Bahasa Indonesia.
Berikut dikemukakan definisi bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Mortensen dan Schmuller (1964:3) mengartikan bimbingan sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diupayakan oleh staf yang kompeten bertujuan memberikan bantuan kepada individu untuk dapat mengembangkan kesanggupan dan kemampuannya secara penuh di dalam tatanan kehidupan masyarakat demokratis.
Definisi di atas, hampir sejalan dengan definisi Edward C. Glanz (1966:5) yang mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk memecahkan masalah dan menjadi anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab dimana dia hidup.
Traxler dan North (1968:11) mengartikan bimbingan sebagai proses untuk mengenal dan memahami individu dan menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan individu itu untuk dapat mengembangkan kapasitasnya secara penuh sehingga pada akhirnya dia dapat membantu dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun secara sosial.
Pengertian bimbingan yang cukup komprehensif dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1984:24) sebagai suatu proses pemberian bantuankepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Bertitik tolak dari pendapat para ahli tersebut di atas maka untuk pegangan anda dalam pembahasan ini, dikemukakan suatu pengertian bimbingan sekolah dasar, yaitu proses membantu individu siswa untuk dapat memahami diri, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya sehingga diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat yang demokratis.

C.    Anggapan-Anggapan yang Keliru tentang Bimbingan dan Konseling
1.      Bimbingan Diindentikkan Dengan Pendidikan
2.      Bimbingan Diberikan Hanya Kepada Anak Yang Bermasalah Atau Salah Suai (Maladjusted)
3.      Guidence For All (Salah Satu Prinsip Bimbingan Yang Sangat Populer)
4.      Bimbingan Diperuntukkan bagi Siswa Sekolah Lanjutan
5.      Bimbingan Sama Dengan Nasihat
6.      Bimbingan adalah Tugas Para Ahli
7.      Bimbingan adalah Obat Mujarab untuk Semua Penyakit Tingkah Laku
8.      Bimbingan Sama Dengan Bimbingan Karier
9.      Bimbingan Disamakan Dengan Konseling

D.    Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar
Setiap orang yang terlibat di dalam program bimbingan dan konseling di sekolah dasar harus berupaya mencapai tujuan berikut ini :
1.      Mengalami perasaan positif dari interaksi dengan teman sebayanya, guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya
2.      Memperoleh makna pribadi dari aktifitas belajarnya
3.      Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya, terhadap kekhasan nilai yang dimilikinya serta dapat memahami dan menghubungkan dengan perasaannya
4.      Menyadari akan pentingnya nilai yang dimiliki dan mengembangkan nilai-nilai yang konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat yang majemuk
5.      Mengembangkan dan memperkaya keterampilan studi untuk memaksimumkan kecakapan yang dimilikinya
6.      Belajar tentang berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup lebih baik dalam perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-masalah yang mungkin dihadapinya
7.      Mengembangkan keterampilan-keterampilan penyusunan tujuan, perencanaan dan pemecahan masalah
8.      Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan
9.      Menunjukkan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya
10.  Bekerja dengan orang tua dalam berbagai program terencana untuk membantu anak mengembangkan sikap dan keterampilan yang dapat memperkaya kemampuan akademik dan kemampuan sosial anaknya
11.  Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktifitas belajar anak

E.     Prinsip Bimbingan di SD
Tiedeman, Dinkmeyer dan Dreikurs dalam Stone (1983), memandang bahawa program bimbingan di sekolah dasar perlu diarahkan pada pengembangan kognitif dan afektif sekaligus. Konsep mereka itu diarahkan pada perkembangan kekuatan ego (ego strength), bukan hanya pada upaya mempernaiki tingkah laku yang salah suai (maladjusted) saja. Program bimbingan didasarkan atas prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
1.      Bimbingan untuk semua
2.      Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas
3.      Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa mengetahui, memahami, menerima dirinya sendiri baik secara kognitif maupun secara afektif
4.      Bimbingan dapat diberikan secara informal dan insidental namun alangkah lebih baiknya jika dilaksanakan secara terencana dan terprogram.
5.      Bimbingan di sekolah dasar menempatkan tekanan pada pencapaian tujuan dan kebermaknaan pengalaman belajar
6.      Bimbingan difokuskan pada aset
7.      Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses yang berarti guru harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif daripada negatifnya
8.      Program pendidikan akan dapat terlaksana sangat efektif jika diupayakan melalui kerja sama yang baik antara guru, siswa, orang tua siswa, tenaga administratif, dan sumber-sumber daya yang ada di masyarakat sekitar

Kegiatan Belajar 2
PERAN GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
A.    Pentingnya Bimbingan di SD
Sebagaimana telah dipahami bahwa fungsi sekolah dasar bukan hanya memberikan bekal kemampuan dasar akademik berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung, melainkan juga berfungsi menyiapkan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Oleh sebab itu, proses pendidikan di sekolah dasar mengimplikasikan perlunya perubahan orientasi dalam beberapa aspek sistemiknya, terutama berkenaan dengan substansi kemampuan yang harus dikembangkan, proses pembelajaran dan bimbingannya.
Agar memiliki kesiapan yang baik untuk dapat meanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama maka anak sekolah dasar tidak hanya dibekali kemampuan baca, tulis, dan hitung melainkan juga harus disiapkan untuk memiliki kemampuan intelektual, kemampuan pribadi serta kemampuan sosial yang baik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Proses pembelajaran di SD harus berfungsi membantu siswa untuk dapat memahami kekuatan dirinya, memahami pelung-peluang dan tantangan lingkungan yang mungkin dia hadapi serta membantu siswa untuk dapat merencanakan masa depannya sebagai warga masyarakat yang mandiri dan produktif. Ini berarti siswa SD perlu dikembangkan kemampuan pengambilan keputusannya yang efektif.
Kemampuan sebagai pengambil keputusan yang efektif bukan merupakan suatu peristiwa magis yang terjadi dalam waktu seketika, melainkan terjadi melalui suatu proses dan situasi interaksi yang dinamis serta harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa serta sistem nilai berlaku di masyarakat.

B.     Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling di SD
Bimbingan di sekolah dasar bukan merupakan suatau pelayanan spesial, melainkan merupakan bagian integral dari program pendidikan. Menurut Lioyd-Jones, Barry, dan Wolf dalam Stone (1983) titik berat dan kepedulian bimbingan di sekolah dasar adalah pada masalah perkembangan anak. Menurut Farwell dan Peter dalam Stone (1983) titik berat bimbingan di sekolah dasar adalah pada pengembangan pemahaman diri dan memberi kemudahan kepada siswa.
Guru adalah penentu program bimbingan, di mana dia harus mengindentifikasi kebutuhan-kebutuhan siswa akan bimbingan serta menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga menfasilitasi sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik.
Rochman Natawidjaja (1984), salah satu pakar terkemuka di Indonesia dalam bidang bimbingan dan konseling mengemukakan peran yang harus dilakukan guru dalam keseluruhan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang dirumuskan kedalam 10 butir pernyataan berikut :
1.      Mengindentifikasi Kebutuhan, Potensi, Minat, Bakat, dan Masalah Tiap Anak, Terutama dalam Kegiatan di Kelas
2.      Mengindentifikasi Gejala-Gejala Salah Suai pada Diri Anak dalam Kegiatan di Sekolah
3.      Memberikan Kemudahan bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak di Lingkungan Sekolah
4.      Melaksanakan Bimbingan Kelompok, Baik di dalam maupun di luar Kelas
5.      Melengkapi Rencana-Rencana yang Telah Dirumuskan Oleh Anak Bersama Guru
6.      Melaksanakan Pengajaran Sesuai dengan Kebutuhan Anak
7.      Mengumpulkan Data dan Informasi Tentang Anak, Terutama dalam Kegiatan Belajarnya
8.      Melaksanakan Kontak dengan Masyarakat, Terutama dengan Orang Tua Anak, Antara Lain Mengadakan Kunjungan Rumah (Home Visit)
9.      Melaksanakan Konseling Terbatas, Mengingat Hubungan yang Baik dapat Terjalin dengan Mudah Antara Anak dengan Guru
10.  Memberikan Pelayanan Rujukan, yaitu Melimpahkan Anak Tertentu Kepada Orang yang Lebih Kompeten untuk Mendapatkan Bantuan yang Tepat

Kegiatan Belajar 3
PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
A.    Saling Kerkaitan Antara Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Bimbingan Dan Konseling
Peran orang tua dalam bimbingan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karean perankeduanya dalam hal bimbingan merupakan peran yang bersifat kolaboratif (kerja sama atas dasar kesetaraan derajat). Perbedaannya terletak pada setting atau situasinya saja, dimana dari guru berlangsung dalam situasi formal, sedangkan bimbingan orang tua berlangsung dalam situasi informal, namun keduanya tertuju untuk keberhasilan subjek sama, yaitu “siswa SD” baik sebagai individu, sebagai pelajar maupun sebagai anggota masyarakat.
Sekolah bersama-sama dengan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan anak. Oleh sebab itu, pertemuan, kerja sama dan saling pengertian antara personel sekolah dan orang tua sangat penting dikembangkan agar dapat menumbuhkembangkan siswa secara optimal. Apa yang dilakukan oleh guru di kelas akan lebih efektif bilamana dia memahami apa yang diharapkan oleh orang tua tentang anaknya, bagaimana sikap dan pandangan orang tua terhadap pendidikan, sekolah, dan atau guru akan mempengaruhi bagaimana dia berperan dalam pendidikan sekolah.

B.     Perwujudan Peran Orang Tua dalam Bimbingan dan Konseling
Beberapa hasil penelitian tentang iklim kehidupan keluarga dan tentang pola perlakuan orang tua terhadap anak antara lain yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata (1984), Syamsu Yusuf (1987), dan Agus Taufik (1991) menunjukkan bahwa iklim kehidupan keluarga yang kooperatif antara orang tua dan guru, memberi pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Hasil penelitian tersebut jyga mendukung hasil penelitian Boy dan Angelo (1978) tentang bentuk-bentuk peran yang diharapkan dilakukan oleh orang tua siswa dalam rangka pelaksanaan pendidikan sekolah pada umumnya dan bimbingan pada khususnya, antara lain sebagai berikut :
1.      Mengadakan Konsultasi
Pada waktu-waktu tertentu atau secara periodik, orang tua mengadakan komunikasi dengan sekolah terutama guru, baik diminta pihak sekolah maupun tidak untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
2.      Memberi Balikan
Orang tua seyogianya memberikan balikan kepada guru tentang aktivitas belajar dan kemajuan belajar yang dicapai oleh anak.
3.      Menjadi Sumber Belajar
Orang tua yang memiliki kemampuan, keahlian atau keterampilan tertentu, bisa berperan sebagai sumber belajar atau latihan bagi siswa.
4.      Berbagi Informasi
Ada kalanya orang tua siswa adalah seorang yang terpelajar, mungkin berprofesi sebagai guru, sarjana psikologi atau ahli pertanian. Biasanya kaum terpelajar seperti itu sangat peduli terhadap pendidikan, mereka suka membaca dan berdiskusi tentang isu-isu atau masalah-masalah pendidikan. Para guru sebaiknya mengambil inisiatif untuk berbagi pendapat dan informasi tentang karakteristik anak dan cara membelajarkan anak.
5.      Mengetahui Jadwal Belajar
Orang tua harus mengetahui jadwal kegiatan belajar dan kegiatan lainnya yang diikuti oleh anak di sekolah. Dia harus yakin pada hari tertentu dan pada jam tertentu anaknya sedang belajar atau berada di sekolah untuk melakukan kegiatan tertentu yang bermanfaat, bukan di tempat yang salah.
6.      Mengetahui Kondisi Sekolah
Orang tua tidak hanya cukup mengetahui bahwa anaknya belajar di sekolah tertentu tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya kondisi fisik dan lingkungan sekolah anaknya.
7.      Berdialog dengan Anak
Baik orang tua maupun anak, memiliki kebutuhan untuk saling mengetahui dan saling memperhatikan bagaimana tugas dan aktivitasnya masing-masing. Pada waktu-waktu tertentu, orang tua harus mengambil inisiatif untuk berdialog dengan anaknya, menanyakan bagaimana kegiatan belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini penting dilakukan agar ada slaing pengertian antara orang tua dan anak.
8.      Memberi Ganjaran atau Balikan kepada Anak
Seringkali seorang anak merasa senng dan meminta ganjaran atau balikan dari orang tuanya atas keberhasilan/kegagalan belajar yang dicapainya.
9.      Memberi Bantuan atau Dukungan yang Dibutuhkan oleh Anak
Pada saat-saat tertentu anak mengalami kesulitan, hambatan dan kendala tertentu baik dalam rangka kegiatan belajarnya maupun kegiatan sosiala pribadinya. Orang tua sebaiknya memberi bantuan dan atau dukungan yang diperlukan oleh anak.
10.  Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Baik
Kebiasaan yang terbentuk pada masa sekolah akan menentukan kepribadian atau karakternya di masa depan. Demikian halnya dalam hal belajar. Jika kebiasaan belajarnya baik pada waktu di SD maka besar kemungkinan akan baik pada masa-masa berikutnya.
11.  Berupaya Memenuhi Perlengkapan Belajar
Orang tua harus berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi perlengkapan belajar yang diperlukan oleh anak. Memang sekarang mungkin memberatkan bebannya, namun di masa mendatang orang tua dan anak akan memetik hasilnya.
12.  Menerima dan Menghargai Individualitas Anak
Anak memiliki hak untuk dihargai dan diterima sebagaimana adanya. Dengan penerimaan dan penghargaan yang tulus, wajar, dan normatif maka anak akan berkembang menjadi manusia yang bermartabat. Orang tua berkewajiban memperlakuakan anaknya dengan penerimaan dan penghargaan tanpa syarat.
13.  Memperlakukan Anak Sesuai Norma Sosial
Sebaiknya orang tua tetap waspada dan secara konsisten memperlakukan anak sesuai dengan norma agama yang dianut dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
14.  Membantu Warga Masyarakat
Bagi orang tua siswa yang mampu, sebaiknya dia memberi bantuan tertentu kepada masyarakat yang tidak mampu membiayai keperluan sekolah anaknya.dalam hal ini guru dapat mengindentifikasi orang tua siswa yang dianggap mampu dan memberi ajakan sedemikian rupa supaya mau membantu orang yang tidak mampu memenuhi keperluan sekolah anaknya.

1 komentar: